Pancasila itu Falsafah?
PANCASILA
ITU FALSAFAH?
Pancasila itu falsafah?
Nah, jika dilihat dari falsafah itu sendiri, falsafah adalah induk dari segala
jenis ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan bagaimana manusia sanggup
memahami pengetahuan tersebut. Falsafah pancasila, berarti pancasila sebagai
induk dari segala unsur kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya di
Indonesia yang notabene terdiri dari berbagai suku dan etnis yang sangat unik.
Berbagai suku dan etnis tersebut tentunya memiliki adat istiadat yang beragam
pula. Namun, dimana letak falsafah pancasila kini?
Pancasila sebagai induk
dari segala sumber hukum di Indonesia. Pancasila menempati posisi pertama pada
urutan dasar hukum di Indonesia. Segala kasus yang terjadi di bumi Indonesia
ini mengacu pada lima pilar negara yaitu pancasila. Pembuatan segala peraturan
dilandaskan pada lima pilar negara pula. Dan segala aspek kehidupan, apabila
mengarah pada lima pilar negara tersebut tentunya mendapati kesejahteraan dan
kemakmuran hidup. Namun apakah pancasila sebagai falsafah telah tercermin pada
poin ini?
Pancasila sebagai induk
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pancasila yang merupakan lima pilar
negara mempunyai peranan penting guna mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia.
Setiap pilarnya mewakili satu aspek kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
masyarakat Indonesia. Dan jika kelima pilar ini disatukan dalam sebuah
kesesuaian dan keserasian, maka Indonesia akan mampu menentukan kemana arah
bangsa ini menuju. Tak seperti masa ini, Indonesia seakan mengalami krisis masa
depan. Ketidakdilan merebak dimana-mana, begitu pula kasus lama (korupsi) yang
masih membabi buta dan serasa tak ingin pergi dari birokrasi negara ini.
Seperti inikah pancasila sebagai falsafah tercermin?
Cerminan pancasila
sebagai induk dari dasar hukum di Indonesia nampaknya tak terlihat pada era
kini. Kasus-kasus yang menorehkan ketidakadilan bak masih menjamur di tengah
panasnya terik matahari. Bagaimana tidak? Hukum di negeri ini telah tercoreng
dengan tertangkapnya beberapa hakim berderajat tinggi sebagai tersangka
korupsi. Seolah tak puas dengan gaji yang diberikan oleh pemerintah, tambahan
nyawa mengalir begitu saja tanpa rasa bersalah dan berdosa. Remuknya birokrasi
di segala tingkat menjadi tak terkendali. Mulai dari tingkatan terendah hingga
tingkatan tertinggi, semua tak lepas dari uang yang lambat laun menggilai
mereka. Gila memang! Saya katakan gila, seakan-akan hukum dapat
diperjualbelikan dengan mudah oleh pemilik modal. Hanya pemilik modal! Namun,
bagi masyarakat yang tak berwawasan luas dan tak memiliki modal, hukum
benar-benar tidak mencerminkan keadilan seperti apa yang tercantum dalam pilar
kelima pancasila, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Bagi mereka,
keadilan di negeri ini hanyalah omong kosong yang tak berujung. Keadilan di
negeri ini hanya menyisakan deraian air mata sanak keluarga yang terpaksa
mengalah karena uang enggan berbicara kepada mereka. Keadilan di negeri ini bak
menaburkan secuil garam di lautan lepas. Percuma!
Memang benar bahwa tak
semua para petinggi seperti apa yang saya uraikan di atas. Masih ada yang tanpa
malu dan (maaf) jijik menyalami tangan-tangan yang sesungguhnya membutuhkan
uluran kesejahteraan. Di antara para petinggi yang ter-cap kotor, masih ada
yang tak tahan dengan keadaan dan berusaha untuk membersihkan dirinya dari cap
tersebut.
Lalu bagaimana cerminan
pancasila sebagai induk dari pandangan hidup bangsa Indonesia? Seperti yang
telah saya urai sebelumnya, kelima pilar dalam pancasila mewakili keseluruhan
aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan jika kelima pilar tersebut
disatukan dalam kesesuaian dan keserasian, maka akan menjadikan perkembangan
Indonesia terarah. Kesesuaian di sini berarti kesesuaian makna antar pilar,
sedangkan keserasian berarti keseimbangan pilar satu dengan pilar yang lain
serta saling mengisi antar pilar satu dengan pilar yang lain. Kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia sejak merdeka belum menunjukkan perubahan yang
nyata. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan arah hidup bangsa. Selama ini,
bangsa Indonesia sebenarnya diarahkan ke mana? Itulah yang menjadi pertanyaan
mendasar mengenai pandangan hidup bangsa. Bagaimana bangsa ini diarahkan jika
selama ini pemerintah hanya mengurus problema yang tak kunjung berakhir.
Problema yang telah mendarah daging di birokrasi negara ini. Problema yang
dengan setia menemani di setiap pergulatan negara ini. Problema yang cukup kuat
bertahan di dalam birokrasi tanpa usaha ingin lepas. Problema yang dibiarkan
merasuk dalam jiwa birokrasi negara ini. Problema yang unik namun tanpa sadar
telah menghanguskan cita-cita bangsa ini. Problema yang tajam menyayat dan
menggores halus hati para petinggi negara ini. Problema yang tak kunjung
terselesaikan hingga saat ini. Ya, korupsi.
Di mulai dari penanaman
jiwa yang cinta tanah air dan penanaman kejujuran dalam jiwa masyarakat
Indonesia, maka kedua hal tersebut akan membuka peluang problema pelik ini
untuk lepas dari birokrasi negara ini. Alangkah Lucunya (Negeri ini). Benar,
sebuah film yang menyadarkan kita bahwa koruptor yang telah memiskinkan negeri
ini mampu mengalahkan para pedagang asongan kecil-kecilan. Para pamong praja hanya
mengejar para pedagang asongan yang sedang mencari nafkah dengan cara yang
halal, namun para koruptor yang meraup uang negara dengan tidak manusiawi
dibiarkan menikmati begitu saja. Aneh memang, namun itulah yang terjadi.
Kelak ketika pancasila
telah benar-benar dipandang sebagai falsafah bangsa, Indonesia akan mampu
mengarahkan hidupnya. Generasi penerus seperti kitalah yang akan melanjutkan
tonggak estafet perjuangan para founding
father negara kita. Menciptakan Indonesia yang benar-benar diakui di dunia
luar. Tidak hanya sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun juga
kaya akan ilmu pengetahuan para masyarakatnya tanpa melupakan pancasila.
happy reading :)
Comments
Post a Comment