HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 1: Introdaksyen Ala-ala)

Hi! Welcome to my blog! 


Introdaksyen ala-ala:

Let me introduce myself. I’m Nafi, born in 1995. This is my first blog series. I have a unique experience when I was in college. I was a double degree student, mathematics education and primary school education. In this series, I’ll share to all of you about me and my journey as a double degree student, called: student life above normal (Indo: mahasiswa di atas normal)! Let’s begin!


At this time, I'll give you a little thought of mine. Sebuah bacaan ringan buat kalian yang sedang berada di jalan menuju tujuan. Remember! Everyone have their own goals, hence don’t worry to be different from the other. Make your own dreams come true!

Books

Jadi seorang mahasiswa double degree (baca: di atas normal) itu cocok buat kalian yang nggak cuma senang sama tantangan, tapi juga buat kamu yang pengin meremukkan badan. Saya serius. Di Indonesia, mahasiswa sebuah universitas biasanya diberi beban studi maksimal 24 SKS setiap minggunya.

Perincian 1 SKS itu biasanya 50 menit buat pembelajaran tatap muka, 50 menit buat belajar mandiri, dan 50 menit buat tugas mandiri. Tapi tergantung universitasnya juga, sih.

Nah, kalau beban studi maksimal, yaitu 24 SKS, otomatis kamu punya kewajiban buat datang di pembelajaran tatap muka, belajar sendiri secara mandiri, dan juga ngerjain tugas mandiri. Idealnya, masing-masing dari mereka dikerjain selama 1200 menit atau 20 jam setiap minggu. Kenyataannya? Nggak gitu juga, sih.

Ada yang tertib belajar mandiri. Ada yang tugas mandirinya nggak pernah ketinggalan. Tapi ada juga yang belajarnya cuma pas di kelas. Bahkan, ada yang ngerjain tugas mandirinya aja pakai nyontek teman.

 

Ngomong-ngomong soal tugas, seringnya sih, kalau mahasiswa ngerjain tugas tuh sampai larut malam. Bahkan, bisa aja nggak tidur semalaman. Beda lagi kalau besok ada presentasi. Bolak-balik perpustakaan buat mencari sumber referensi adalah hal yang wajib. Banyak mahasiswa yang senang sama sistem: besok dikumpul, sekarang baru ngerjain. Termasuk saya. Yah, walaupun nggak baik juga sih sebenarnya. Tapi, nggak tahu ya, the power of kepepet tuh rasanya kaya ada manis-manisnya, gitu.

Cerita mahasiswa jurusan sains (kimia, fisika, dan biologi) juga menarik dibahas. Jurusan-jurusan tadi punya agenda wajib yaitu praktikum. Kalau kamu mahasiswa di jurusan-jurusan itu, pasti setiap minggunya bakal sibuk banget sama persiapan praktikum, praktikumnya itu sendiri, sampai nulis laporan praktikum. Kadang, laporan praktikum tuh ditulis pakai tangan! Iya, mati rasa dah tuh tangan.

Saya? Jurusan saya nggak banyak praktikum. Cuma sedikit, yah, seputar praktikum pemrograman komputer dan IPA SD: fisika dan biologi, gitu.

 

Oh iya! Kalau bahas mahasiswa pasti nggak jauh-jauh dari organisasi. Ya wajar, sih. Kalau dilihat-lihat, mahasiswa tuh emang bisa banget yang namanya kuliah sambil ikut organisasi. Tips klasik para senior yang sering ngisi seminar soal kuliah dan organisasi adalah pinter bagi waktu. Ya, tapi gimana, emang bener begitu adanya. Masa muda nggak akan datang dua kali, kan? Di mana lagi kita nemuin tempat orang-orang muda penuh potensi yang sedang mencari jati diri? Jawaban saya organisasi. Kamu jawab apa?

Saya sendiri sangat merekomendasikan kalian yang lagi bahagia-bahagianya merasakan jadi mahasiswa baru buat ikut organisasi. Sebuah hal yang seru kalau bisa belajar dari dan dengan para senior tentang bidang yang selama ini kita minati. Tapi harus diingat nih, memilih organisasi yang tepat adalah suatu keharusan. Gimana caranya menentukan organisasi yang tepat? Kenali dia. Observasi aja para anggotanya dan kegiatannya. Nanti bakal kelihatan kok arah gerak organisasi itu ke mana. Dilihat lagi, cocok nggak sama kamu? Ya, kaya cari pacar. Kenali dulu. Kalau cocok ya lanjut. Kalau enggak ya belum beruntung aja. Coba gosok lagi.

Tapi mahasiswa kudu hati-hati. Kadang, organisasi bisa bikin kita buta sama tujuan awal jadi mahasiswa. Terlalu sibuk ikut kegiatan di organisasi sampai lupa kewajiban belajar. Contoh yang kaya begini jangan ditiru. Sebagai mahasiswa, kita harus punya kontrol atas diri kita. Jadi, kita nggak akan kesulitan untuk menempatkan diri di manapun kita berada.

 

Bentar, ini pembukaan lama banget deh perasaan. Yang kita bahas ini juga masih mahasiswa normal. Belum bahas mahasiswa yang di atas normal. Besok, ya?

Ya udah, deh. Karena dari tadi kita banyak bahas tentang beban studi maksimal mahasiswa, saya mau kasih bocoran banyak beban studi maksimal yang biasanya diambil mahasiswa di atas normal based on my experiences.

Tadi kan saya bilang kalau mahasiswa normal biasanya kuliah dengan beban studi maksimal 24 SKS. Belum lagi kalau ikut kegiatan organisasi. Itu pun termasuk efek samping: kelelahan, lemas, lunglai, dan kantung mata yang punya kantungnya kantung mata. Nah, mahasiswa di atas normal kaya saya tuh bisa kuliah dengan beban studi maksimal 35 SKS! Efek sampingnya? Ah, nggak perlu ditanya, ya.



Q: Pernah stress nggak dengan keharusan melakukan segala macam perkuliahan 35 SKS? 

A: Tunggu minggu depan ya! 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Johnny and Grandpa: Inside Our Solid Blood

HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 6: Balada Ospek Mahasiswa Cupu)

Randomly of Me: A New Beginning