HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 2: Ngejar-ngejar Professor!)

Hi! Welcome to my blog!

Seperti di HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL Bagian 1: Introdaksyen Ala-ala minggu kemarin, bagian 2 ini bakal bercerita tentang keriweuhan menghadapi tuntutan 35 SKS perminggu. Di saat mahasiswa normal udah mual-mual dengan 24 SKS perminggu, saya dengan segala kekurangan yang ada masih harus menyelesaikan tambahan 11 SKS lainnya. Sad girl.


Di kasus saya, double degree dengan bidang yang sama memberi sebuah keuntungan. Waktu itu saya masuk di jurusan kedua setelah 5 semester di jurusan pertama. Mengulang kembali mata kuliah dan menjadi mahasiswa baru ternyata butuh tenaga ekstra sodara-sodara. Ada lebih dari 10 mata kuliah yang harus saya ulang lagi karena tuntutan jurusan baru, bukan jumlah yang sedikit tentunya.

Tapi setelah itu saya baru sadar kalau ternyata di kuliah sebelumnya, ada banyak hal yang terlewat. Entah karena sayanya yang nggak banyak membaca, atau memang karena nggak dibahas aja sih (masih berusaha ngeles ceritanya). Di luar ke-excited-an saya dengan hal-hal yang baru itu, ternyata banyak teman saya yang menganggap saya sudah paham banget nget nget. Padahal, saya mah aslinya cuma ingat, “Oh, kayanya pernah deh.”, “Oh, yang itu ya!” sampai “Loh, memangnya pernah bahas ini?” Di kasus saya, double degree dengan bidang yang sama memberi sebuah keuntungan. Waktu itu saya masuk di jurusan kedua setelah 5 semester di jurusan pertama. Mengulang kembali mata kuliah dan menjadi mahasiswa baru ternyata butuh tenaga ekstra sodara-sodara. Ada lebih dari 10 mata kuliah yang harus saya ulang lagi karena tuntutan jurusan baru, bukan jumlah yang sedikit tentunya.

Tapi setelah itu saya baru sadar kalau ternyata di kuliah sebelumnya, ada banyak hal yang terlewat. Entah karena sayanya yang nggak banyak membaca, atau memang karena nggak dibahas aja sih (masih berusaha ngeles ceritanya). Di luar ke-excited-an saya dengan hal-hal yang baru itu, ternyata banyak teman saya yang menganggap saya sudah paham banget nget nget. Padahal, saya mah aslinya cuma ingat, “Oh, kayanya pernah deh.”, “Oh, yang itu ya!” sampai “Loh, memangnya pernah bahas ini?” 


pict source: freepik.com
Nih, saya lagi seneng senengnya menerima hal baru!

35 SKS itu saya jalani fullday, dari Senin-Jumat, dan hampir setiap pukul 7.00-16.00 WIB saya harus bolak-balik kampus untuk kuliah. Untungnya jarak antar kampus cuma 10 menitan, tapi, jeda mata kuliah yang saling menabrak tetap ada. Nah, dalam hal ini, skill sepik-sepik dibutuhkan. Harus banget yang namanya pintar ngelobi dosen. Tapi kayanya sih, mahasiswa di atas normal sangat wajar melakukan hal ini. Ada teman saya, seorang mahasiswa di atas normal juga. Dia banyak membantu saya dalam menyusun jadwal kuliah harian dan kepada siapa saja saya harus melobi. Terima kasih banget buat Mbaknya! Semoga selalu bahagia!



Menyusun jadwal untuk 35 SKS juga bukan perkara mudah. Penyesuaian kampus, kelas, dan pemilihan dosen juga berperan di dalamnya. Di kasus saya, kampus pertama saya memang agak sedikit kaku dalam penentuan jadwal (meskipun ada pengecualian di salah satu mata kuliah). Saya cukup beruntung karena kampus kedua saya cukup fleksibel jadwalnya. Saya mulai mencocokan antara mata kuliah satu dengan lainnya. Hal paling penting dan paling umum adalah: kalau bisa memilih dosen, usahakan pilih yang mudah dilobi. Itu sangat mempermudah dalam hal apapun. Noted!

Setelah selesai mencocokan jadwal, saya kira semuanya sudah selesai. Weits! Tunggu, jangan senang dulu sodara. Ternyata belum! Dalam perjalanannya, nggak semua dosen bisa dilobi. Saya pernah berusaha melobi seorang professor. Saya bahkan mengejar beliau sampai ke mobilnya, tapi nihil! Kalau saya pikir sekarang, kok saya berani banget ya waktu itu ngejar-ngejar professor. Ah, jadi pengin lagi. Cari professor lah.

 

“Kalau masih satu instansi saya bisa bantu, tapi kalau sudah berbeda ya nggak bisa.” Begitu kata beliau waktu itu. 

 

Saya cuma punya kesempatan ikut di kuliah beliau satu kali, tapi saya udah klik banget sama cara ngajar beliau. Sebetulnya saya masih berharap bisa ikut di perkuliahan beliau selanjutnya, tapi ternyata waktu saya ambil mata kuliah yang sama di tahun depannya, beliau udah pensiun. Sad girl part 2.

 

Pada akhirnya, jadwal 35 SKS itu selesai juga, dan saya benar-benar menjalankan ke-35 SKS itu. Dalam satu semester, bolak-balik kampus sangat menguras emosi. Takut kalau telat, kehilangan waktu untuk makan, minum kelupaan, dan buanyak hal lainnya. Dalam 10 menit perjalanan itu juga pernah sekali atau dua kali kena macet lampu merah yang agak lama. Tapi akhirnya, saya berhasil mencari jalan pintas agar cepat sampai kampus.

 

Semuanya perlu perjuangan, nggak instan tiba-tiba berhasil. Mie instant aja perlu direbus dulu, perlu dibumbui dulu, perlu diaduk dulu, dan ditambahi toping di sana sini sebelum masuk mulut kita. Nah, ada kalanya kita harus jungkir balik dulu sebelum menemukan cara yang tepat. Ada kalanya harus lari ke sana ke sini untuk menemukan apa yang benar-benar dicari. Kalau jalan kita tuh mudah, bisa jadi Tuhan kasih ujian di dalamnya supaya kita bisa bersyukur dan lebih menghargai hidup yang udah diberi. Jalan masing-masing orang berbeda-beda, jangan takut hanya karena kita nggak sama kayak mereka di luar sana.

 

 



Q: Apa dalam setiap semester selalu ambil 35 SKS?

A: Hmm sebetulnya nggak selalu, saya ambil paling maksimal yang saya pernah ambil. Yang selalu adalah bolak-balik kampus. Saya pernah ambil 24 SKS tapi bolak-balik kampus yang sama dengan total masuk di 7 kelas berbeda. Ceritanya? Tunggu minggu depan! 😊

Comments

Popular posts from this blog

Johnny and Grandpa: Inside Our Solid Blood

HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 6: Balada Ospek Mahasiswa Cupu)

Randomly of Me: A New Beginning