HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 4: Pertanyaan Template yang Ngeselin)

Hi! Welcome to my blog!

Agak nggak nyangka sih bisa bertahan sampai ‘bagian 4’ di Blog Series pertama saya ini. Tapi, lumayan lah, ya. Semua kritik dan saran semoga membantu saya mengembangkan konten di blog ini. Anyway, seperti janji saya di bagian sebelumnya (buat yang belum baca boleh dibaca HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL Bagian 3: Ketiduran vs. Ujian), kali ini saya bakal bahas pertanyaan template sejuta umat untuk kami, para mahasiswa di atas normal: “Kok bisa, sih, kuliah dua?”

Nggak cuma anak-anak yang pusing, kami juga hahaha
(pict source: shutterstock)

Menjadi mahasiswa di atas normal artinya kamu harus selalu siap untuk berhadapan sama orang yang menatap kamu dengan heran seraya menanyakan pertanyaan template ini. Kenapa? Karena nggak banyak orang yang mau (atau mampu?) kuliah dua tempat atau dua jurusan. Ya siapa yang mau, sih? Cuma mahasiswa kurang kerjaan kaya saya contohnya yang mau maunya kuliah dua jurusan. Capek, iyaaa! Punya pacar, enggak!! 

Saya sendiri udah kenyang banget sama template itu. Di kelas ditanyain. Di kantin ditanyain. Lagi nongkrong leha-leha di lobi ditanyain. Lagi fotokopi di fotokopian depan kampus juga ditanyain. 

Kalau otak saya lagi lurus, ya saya jawab dengan jujur dan sesungguhnya. Tapi, ada yang saya jawab dengan gelengan kepala atau mengangkat bahu, tanda kalau saya sebenarnya juga nggak tahu kenapa saya kuliah dua. Ada juga yang saya jawab dengan playing victim ke Ibu saya, besok deh saya bakal cerita kenapa saya memilih jalan yang nggak banyak diambil orang ini. Yep! There's a connection between my mother and me about this. Atau nih, kalau saya lagi nggak pengin ditanya-tanya, saya palingan cuma jawab dengan senyum.

Gimana ya? Sebagai salah satu oknum yang memilih jalan agak nyerong ini saya sebetulnya sadar, sih, kalau apa yang pernah saya jalani itu memang kadang buat penasaran sebagian orang. Mulai dari sistem penerimaan mahasiswanya, pengaturan emosinya, pengaturan kegiatan di sana dan di sini, juga pengaturan jam kuliahnya. Oh iya! Buat yang belum baca tentang pengaturan jam kuliah dan juga beban belajar kami yang seabrek boleh mampir di HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL Bagian 2: Ngejar-ngejar Professor!

Sebenarnya ya, karena tadi tanyanya “Kok bisa?” Jawaban saya, “Ya, bisa”. Kuliah dua jurusan memang bisa, gengs. Bisa.

Biasanya kalau saya jawab begitu pasti ada pertanyaan lanjutan, “Kenapa?”

Oke, sebelum ke sana, saya mau bahas ini dulu. Kuliah dua jurusan memang terkadang nggak relate sama jurusan yang menuntut adanya praktikum atau penelitian yang membutuhkan banyak waktu. “Jangankan kuliah dua jurusan, satu jurusan aja kadang nggak mampu mengelola prioritas tugasnya, kok!” Begitu kata salah satu teman saya menyikapi hal ini. Nah iya! A hundred percent correct!

Jadi, kalau misal ada pembaca saya yang pengin ikutan jadi mahasiswa di atas normal, bisa. Sebelumnya, coba tanya ke dalam diri dulu. Kesanggupan, kemampuan, dan tentunya kemauan berpadu di dalamnya. Jangan sampai, pas udah dapat dua jurusan jadi nggak bertanggung jawab. Kalau misal mau pilih salah satu ya silakan, kalau mau tetap dua jurusan ya siap terima segala risikonya. Certainly, nothing impossible, guys. Convince yourself and make a great stride! And, ya! Not being a mahasiswa di atas normal is okay, too. Make your own! 


Fife College News
Setelah saya lulus, saya baru sadar kalau ternyata saya biasa-biasa aja di matematika, nggak pinter-pinter amat. (pict source: FIFE COLLEGE)

Saya kenal sama beberapa teman yang juga mahasiswa di atas normal seperti saya. Sedikit cerita tentang jurusan, awalnya saya masuk di jurusan Pendidikan Matematika, lalu jurusan kedua masuk di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Yah, nggak beda jauh, sih. Sama-sama pendidikan juga ujung-ujungnya. Meskipun saya nggak tahu, akhlak saya termasuk yang berpendidikan atau enggak.

SD di Gunungkidul Wajibkan Muridnya Pakai Seragam Muslim
Jadi guru SD tuh berat, saya sih ngerasa nggak sanggup. Dilan sanggup nggak, ya? 
(pict source: IDN Times)


By the way, ini beberapa teman saya yang juga mahasiswa di atas normal.

Ilustrasi Akuntansi
Nggak jauh-jauh dari matematika, kan?
(pict source: FEB UMM)

Teman saya yang pertama ini awalnya masuk di Pendidikan Akuntansi lalu masuk lagi di Pendidikan Matematika. Nah, dia adalah Mbak yang ngebantuin saya waktu saya masih jadi mahasiswa di atas normal amatiran di awal. Masih ingat nggak? Saya pernah nulis tentang bantuan dia di HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL Bagian 2: Ngejar-ngejar Professor! Bagi dia, alasannya kuliah dua adalah karena dia suka dengan matematika. Dari awal dia udah pengin kuliah di jurusan matematika, eh kok diterimanya di akuntansi. Tapi, akuntansi juga sebenarnya nggak jauh-jauh dari matematika, sih. Jadi, diterima di jurusan Pendidikan Matematika membuat dia semakin bahagia.


Ilustrasi Manajemen
Tangannya bisa ada 6 gitu, ya?
(pict source: FEB UMM)

Ada juga teman saya yang awalnya di PGSD lalu masuk lagi di Manajemen. Kalau dia nih katanya masuk jurusan manajemen karena memang hobi main saham gitu, makanya dia pengin mencoba belajar untuk mendukung hobi dia itu. Semenjak di SMA dia memang udah paham sedikit-sedikit tentang main saham. Waktu dia kuliah semakin lah dia mendalami ilmu tentang main saham itu. Pernah saya tanya ke dia, “Kamu mainan saham gitu pernah rugi nggak?” Coba tebak dia jawab apa? “Pernah, aku pernah rugi sampai Rp500.000,00.” Saya mikir dong, uang lima ratus ribu untuk ukuran mahasiswa di tahun itu dan dengan lokasi kami saat itu, ya udah terhitung banyak. Saya mikir lagi, kalau dia sangat enteng mengatakan hal itu, berarti hasil dari mainan saham dia jauh lebih banyak dong, ya? Semoga dia bahagia di manapun dia berada.


pameran-seni-rupa-pengertian-tujuan-manfaat-fungsi-perencanaan-persiapan-pelaksanaan
Datang ke pameran seni rupa tuh asik juga, loh!
(pict source: SERUPA)

Teman saya yang satunya beda lagi, awalnya dia masuk di jurusan PGSD lalu masuk lagi di jurusan Seni Rupa. Kalau yang satu ini memang punya passion di bidang seni, seperti ngedesain atau ngegambar gitu. Makanya dia ambil jurusan seni rupa demi passion-nya itu. Asli. Teman saya ini kalau ngerjain tugas yang berhubungan sama seni bakal total abis! 100%! Kalau mahasiswa lain mah yang penting kelar, yaa 60%-70% gitulah ya. Tapi, kalau dia lain. Karya yang dia hasilkan bisa wah banget. Hasil karyanya tuh bisa dua kali sampai tiga kali lipat dari hasil karya mahasiswa-mahasiswa lain dengan bakat seni minimalis (termasuk saya). Dia ambisius (in a positive way) banget kalau berhubungan sama seni. Thumbs up! 👊


Uniknya nih, saya dan ketiga teman saya di atas itu sama-sama kuliah di kampus negeri. Iya, semuanya! Semua jurusan yang kami ambil di kampus negeri semua, saya nggak tahu juga kenapa. Bisa kebetulan banget ketemu sama teman-teman mahasiswa di atas normal gitu di lingkungan saya.

Eh, ada juga teman saya yang nggak cuma kuliah dua loh, tapi tiga. Iya, kuliah di tiga tempat berbeda. Tapi, saya udah lost contact sama dia dan lupa jurusan apa aja yang dia ambil. Kalau nggak salah, jurusan pertamanya Pendidikan Matematika di salah satu kampus negeri, sementara dua lainnya di kampus swasta, yaitu Fisika sama apa ya? Seingat saya tuh yang berhubungan sama IT gitu, tapi saya lupa detailnya.


Jadi, udah ketemu jawaban “Kenapa?” tadi, kan? Iya, setiap dari kami punya alasan masing-masing. Ada yang karena dia memang seneng belajar, karena minat atau passion dia, karena potensi dia yang semakin berkembang, karena tuntutan dari pekerjaan, atau bahkan karena orang tua.

 

Ps (nggak penting): Saya baru tahu loh, baru kemarin ini. Ternyata, kata "ambyar" tuh ada di KBBI! Nggak apdet banget saya, mah.






Q: Kenapa akhirnya memutuskan buat kuliah dua?

A: Karena … 

Ah, nggak seru kalau saya jawab sekarang. Tunggu minggu depan aja ya!

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Johnny and Grandpa: Inside Our Solid Blood

HIDUP MAHASISWA DI ATAS NORMAL (Bagian 6: Balada Ospek Mahasiswa Cupu)

Randomly of Me: A New Beginning